top of page

Rasanya Magang sebagai Anak Perikanan

  • Vanessa Astari
  • Sep 10, 2018
  • 5 min read

Hi!

I am back!

Anyway, selama sebulan dari 2 Juli hingga 10 Agustus 2018 gue melaksanakan kegiatan wajib tuntutan kampus yaitu Praktik Kerja Magang (PKM). Kebetulan, di FPIK UB tidak ada kegiatan KKN. Kami hanya melakukan PKM saja.



I choose a beautiful place to do my intern, Bali.

Eits, jangan salah. Disana gue kerja keras untuk bisa lulus magang, karena kebetulan gue magang di Loka Riset Perikanan Tuna (LRPT) yaitu merupakan Badan Riset dan Sumber Daya Manusia (BRSDM) milik Kementrian Kelautan dan Perikanan RI (KKP RI). Magang disana, gue bersinggungan langsung dengan para peneliti hebat Indonesia. I have never imagined that i suddenly meet the author of research paper that i used to look up to in Google Scholar. Such a honor, salute!


Disana, main activity gue meliputi tiga hal. Yaitu kegiatan enumerasi, kegiatan pengamatan di Laboraturium Otolith dan kegiatan pengamatan di Laboraturium Histologi.


Long story short, buat kalian yang awam dengan dunia perikanan...I'd like to explain all the things that i have done back there in a simple way. I hope it'd be interesting enough for you to read this whole story of mine.


Enumerasi : intinya semacam pendataan jumlah dan jenis ikan beserta kapal dan perusahaan yang mendaratkan ikan di pelabuhan. well, in this case. Pelabuhan yang dijadikan objek adalah Pelabuhan Benoa, Denpasar, Bali.


Otolith : intinya semacam tulang pendengaran ikan, yang mempermudah peneliti buat menduga umur ikan. well, pasti kalian mikir, "ngapain deh nyari tahu umur ikan? emang penting?" nah! nanti gue jelasin, apa pentingnya buat kehidupan kita!


Histologi : merupakan ilmu yang mempelajari struktur jaringan. in this case, objek penelitiannya adalah gonad ikan. (gonad = kelenjar reproduksi).


Dua minggu pertama, gue dan teman-teman seperjuangan magang mengikuti kegiatan enumerasi bersama para enumerator. Enumerator ini adalah orang-orang gagah dan humoris maksimal (mostly, mereka adalah laki-laki dewasa) yang bertugas ngambil data ke perusahaan-perusahaan yang berjajar manis dipinggir Pelabuhan Benoa. Kenapa harus laki-laki? Hmm, menurut gue sih karena fisik mereka kuat, juga mempermudah mereka dalam berkomunikasi dengan pegawai perusahaan atau nelayan sekitar yang juga kebanyakan berjenis kelamin laki-laki. Bayangkan kalau seorang enumerator perempuan...well, sebenarnya oke-oke saja dan pernah ada, tapi agak sulit. Pekerjaan enumerator cukup berat karena harus berdiri berjam-jam dan mencatat dengan cepat ikan-ikan yang didaratkan. Karena instansi tempat gue magang lebih fokus ke perikanan Tuna, jadi mereka hanya mencatat ikan Tuna dan sejenisnya dari alat tangkap Longline (hehe ini ga usah dijelasin ya, nanti kalian ngerasanya lagi kuliah HAHAHA).


Menjalani hidup sebagai enumerator di dua minggu pertama, cukup mengasyikkan. Karena, jika ngga ada kapal yang bersandar di pelabuhan dan ngga ada kapal yang melakukan bongkar muat, maka pekerjaan kami hanyalah diskusi bersama. Cara kami mencari tahu info tentang kapal yang bersandar itu juga cukup unik, dengan menaiki motor berkeliling pelabuhan sambil bertanya pada petugas perusahaan atau nelayan. Seru! Nama kegiatan ini disebut monitoring. Kalau merasa gabut, gue biasanya sesering mungkin meminta izin untuk melakukan monitoring. Apakah gue kena marah? Tentu tidak! Justru, memang sudah seyogyanya, kegiatan monitoring dilakukan sesering mungkin, agar ngga ketinggalan informasi.





Minggu ketiga, gue mengikuti kegiatan di Laboraturium Otolith. Bekerja di laboraturium bukanlah impian gue. Yang tertanam di otak gue adalah : gue akan sangat bosan. But thank God, analis laboraturium (orang yang bertugas mempersiapkan preparat otolith untuk nantinya ditelit) adalah orang yang sangat asik! Disana, gue diajarin membedakan otolith berbagai jenis ikan. And hell yeah, it is really hard! Padahal perbedaannya ngga begitu signifikan, tapi gue harus bisa membedakannya. Juga, gue belajar cara memotong dan menempel otolith agar nantinya mempermudah peneliti membaca umur ikan dibawah mikroskop super canggih!




Minggu keempat, gue mengikuti kegiatan di Laboraturium Histologi. Yang ini, lebih rumit lagi...gue harus memulai pekerjaan gue disana dengan memberi label pada sebuah wadah yang disebut container bowl berisi gonad betina ikan tuna yang sudah digenangi dengan formalin 10%. Serius deh! Gue hampir pingsan saat itu karena bau formalin yang sangat menyengat. Gue bahkan ngga mengerti, kenapa ada pedagang makanan yang tega menyampur makanan dengan formalin? Padahal, menciumnya dalam waktu lama saja bikin hidung gue terasa tertusuk dan dada gue sesak napas. No lie, i swear. Salah satu analis yang merupakan alumni kampus gue bahkan sampai memberi gue susu putih agar gue tidak keracunan. Mempersiapkan preparat gonad lebih rumit, apalagi saat gue berhubungan dengan alat pemotong yang menyeramkan! Benar saja, gue merusak salah satu sampel gonad yang akan dijadikan preparat...masalahnya, itu adalah sampel wajib yang disegel, milik negara. UPS! hehehe...oke lanjut, setelah itu gue diajarkan menebak tingkat kematangan gonad berdasarkan ciri-ciri selnya. UGH! Rumit kalau harus gue jelaskan.





Setelah empat minggu berlalu, gue harus menghadapi seminar hasil magang yang merupakan syarat wajib dari LRPT. Seminar tersebut nantinya akan disaksikan oleh para peneliti kondang Indonesia....stress? Hm jangan tanya. Ditambah lagi, pembimbing lapang kami juga peneliti-peneliti itu sendiri. Mereka sangat sibuk mengejar project keluar kota untuk ambil data di beberapa Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) yang terdaftar sebagai target wilayah di LRPT. Mereka, para peneliti juga diharuskan membuat laporan untuk rapat evaluasi bersama yang diadakan secara berkala sesuai jadwal yang ditentukan oleh kantor.




Memahami tiga bidang dalam satu bulan merupakan hal yang sangat ajaib buat gue lakukan. Ditambah lagi, kami sebagai anak magang juga sering mendapat tugas seperti pre-test dan post-test setiap awal dan akhir minggu. Di akhir periode magang, kami juga diminta untuk mengerjakan tugas infografis. Sungguh magang yang sangat banyak manfaat dan bikin pusing tujuh keliling hahaha!


Oiya, manfaat dari masing-masing bidang yang gue pelajari itu macam-macam. Akan gue jabarkan sedikit.

1. Enumerasi : penting untuk mengetahui jumlah hasil tangkapan, hubungan panjang-berat ikan yang tertangkap, jenis ikan apa saja yang tertangkap, dan masih banyak lagi. Kenapa hal ini menjadi penting untuk dilakukan? Karena sebagai stakeholder perikanan, tugas kita adalah menjaga keberlanjutan sistem perikanan yang baik untuk memenuhi kebutuhan protein hewani khususnya ikan di dunia. Seperti kalian tahu, di Jepang, masyarakatnya sudah mengonsumsi ikan mencapai 86 kg/tahun pada 2017 (sumber : detik.com). Jepang sendiri juga melakukan impor daging ikan dari Indonesia loh! Sehingga, penting untuk kita menjaga sektor perikanan agar lestari dan sumber daya ikannya tidak habis atau mengalami over fishing.

2. Pendugaan umur ikan : dengan menduga umur ikan, kita bisa tahu loh ikan-ikan yang selama ini tertangkap kira-kira sudah matang gonad atau belum. Kenapa sih penting untuk diperhatikan? Karena apabila ikan yang ditangkap adalah ikan-ikan yang belum matang gonad, maka laju pertumbuhan dan stok ikan akan terhambat, karena generasi ikan yang terbaru malah ditangkap oleh nelayan.

"Nah, terus gimana Nes? Masa pasa mau mancing, nelayannya tanya dulu ke ikan : eh umurmu berapa?"

Tentu engga dong. Untuk bisa menangkap ikan sesuai yang diinginkan seperti yang sudah diatur dalam MENKP, nelayan bisa merubah atau menyesuaikan ukuran mata jaring atau mata pancingnya. Sehingga ikan yang sudah "mature" lah yang nantinya akan tertangkap.

3. Pendugaan tingkat kematangan gonad : ini ada hubungannya dengan otolith tadi, organ yang bisa dijadikan patokan pendugaan umur ikan. jadi, pada ikan tuna, mereka mengalami partial spawning alias ngga seluruh selnya matang gonad secara bersamaan. Cara matang gonadnya ngga seperti manusia. Nah nantinya hasil pendataan dari sampel gonad tadi bisa ditarik kesimpulan kira-kira selama ini, aktivitas penangkapan apakah sudah sesuai prosedur atau belum, dan bagaimana stok ikan yang tersedia.


Nah! Mungkin itu adalah sedikit cerita dan kultum (kuliah 7 menit) dari gue. Semoga bermanfaat!


Sektor perikanan itu penting. Karena itu adalah salah satu aset terbesar yang dimiliki Indonesia sebagai negara maritim yang memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada. Maka, seharusnya kegiatan ekspor perikanan bisa lebih ditingkatkan guna menambah devisa negara. Pun, seharusnya angka konsumsi ikan di Indonesia meningkat, karena seperti kita ketahui, dengan potensi perikanan yang sangat baik, Indonesia ternyata belum mampu memanfaatkannya untuk memenuhi kebutuhan protein masyarakat. Maka, ada baiknya kita bisa menjaga dan mendukung sistem perikanan yang berkelanjutan dan mendorong aktivitas perikanan tangkap yang ramah lingkungan. Demi masa depan kita semua.



With Love, Vanessa Astari.

Comments


V-A for Vanessa Astari

bottom of page