top of page

Pemuda, Mimpi, dan Aksi

  • Vanessa Astari
  • Jan 18, 2018
  • 5 min read

Sebagai pemuda, kita sering kali dihadapkan oleh tuntutan-tuntutan baik yang bersifat moral maupun prestasi. Mungkin, seperti kalian ketahui, karena pemuda itu sendiri adalah penerima tongkat estafet kepemimpinan di masa yang akan datang. Ya, kalian akan jadi pemimpin semua kok, percayalah. I can guarantee, kalian pasti sering dapat petuah-petuah semacam “Kamu itu masih muda, kejar mimpimu, raih cita-citamu,” Nah! Sebenarnya, apa sih pentingnya bagi seseorang untuk memiliki mimpi atau cita-cita?


So here’s my opinion! For me, everything that make me who I am today is nonetheless because I have dreamed about this before…maybe it wasn’t only happened in my head, but it turns out to be something that I always think about. Having a dream, goals or target could motivate you to live the life. So you would push yourself to the limit and fight for what you deserve (in a positive way, of course!)


Jadi, buat gue pribadi, sebagai pemuda, mimpi itu adalah hal yang penting. Tapi tentu kalian tahu bahwa mimpi nggak akan bisa terwujud seperti sulap yang instan. Mimpi perlu direalisasikan dengan sebuah aksi. Contoh kecil yang baru saja gue alami sendiri adalah mimpi gue sejak kecil untuk bisa jadi pemenang ajang Beauty Peagent, Putra Putri Brawijaya. (Alhamdulillah)


Bisa saja, bagi kalian, ini adalah hal yang biasa-biasa saja. Tapi, menurut gue ini adalah salah satu hal luar biasa yang pernah terjadi dalam hidup gue. Gue seorang pemimpi, gue masih muda, dan gue ingin tahu tentang banyak hal, bermanfaat juga buat orang lain. Sejak masuk kuliah, gue merasakan banget banyak hal negative yang sebenarnya bisa dicegah karena adanya peran pemuda itu sendiri.


Masih ingat dengan peristiwa Kemerdekaan Indonesia atas para Penjajah pada tahun 1945? Tentunya, gue yakin kalian semua setuju dengan akronim JASMERAH yaitu “Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah”. Sebelum Ir.Soekarno akhirnya membacakan teks Proklamasi, golongan pemudalah yang mendesak beliau bersama Moh.Hatta di Rengasdengklok. Dari peristiwa tersebut, bisa kalian lihat, bahwa pemuda adalah mata tombak untuk bisa mewujudkan sebuah perubahan.


Lalu, apa sih korelasinya dengan mimpi? Pemuda itu adalah fase usia dimana kita masih bisa aktif bergerak, aktif berinovasi, dan aktif belajar. Ketika seorang pemuda tidak punya mimpi, menurut gue itu bisa mempengaruhi ruang geraknya dalam lapisan masyarakat nanti. Ketika seorang pemuda mewujudkan mimpinya, sebenarnya dia nggak hanya mewujudkan mimpi satu individu, tapi sejatinya dia sedang membangun sebuah perubahan.


Oke, I have a dream that someday I will have a crown on my head, have a prestigious title before my name, and I will be well known as an inspiring young woman. Untuk mewujudkan itu, ketika masuk kuliah, gue langsung berusaha aktif mengikuti organisasi, kepanitiaan dan mengikuti kompetisi yang sekiranya bisa mengembangkan potensi terpendam dalam diri gue. Tentunya sih, gue berusaha balance antara kegiatan tersebut dengan tugas utama gue sebagai Mahasiswa. Tujuan gue menyibukkan diri seperti itu, (selain untuk membunuh kegabutan, haha) tidak lain adalah memperluas networking gue. Kebetulan, nyokap gue selalu bilang,


“Teteh, bergaul itu penting untuk di dunia kerja, ketika kamu pintar, memiliki IPK tinggi, tapi kamu nggak pandai bergaul, nggak memiliki kenalan disana dan disini, kamu nggak akan jadi apa-apa nantinya. Terkadang juga kita dapat info lowongan kerja dari teman yang dulu pernah kita kenal, entah di TK, SD, SMP, SMA, bahkan Kuliah. Nggak sekedar lowongan kerja, bisa juga lebih dari itu, misal info perumahan yang lokasinya strategis untuk dihuni sama keluarga juga bisa, pokoknya banyaklah manfaatnya punya banyak relasi.”


Berkat nasehat nyokap gue tersebutlah, gue mulai menyingkirkan sifat buruk gue yang suka malas berkenalan. Ibaratnya, gue banting stir hahaha. Nah, relasi atau kenalan yang gue ‘koleksi’ perlahan mulai memperudah gue mewujudkan mimpi gue itu. Suatu ketika gue di support oleh seorang senior gue di BEM untuk mengikuti ajang Putra Putri Brawijaya 2017. Itu merupakan sebuah ajang pemilihan Duta Kampus. Jujur, keinginan gue sudah menggunung untuk berani mendaftar, ditambah lagi itu adalah sebuah mimpi terpendam yang nggak banyak orang tahu. Tetapi, rasa takut gue rupanya lebih besar. Gue ragu. Rasanya mimpi gue untuk bisa menginspirasi orang sekitar teralu tinggi untuk digapai. Rasanya, untuk bisa menjadi pemuda yang kreatif dan berguna untuk bangsa itu teralu sulit direalisasikan…


Gue berpikir sekitar 2 hari untuk memutuskan apakah gue akan mengalahkan ketakutan gue atau tidak. Akhirnya, dengan segenap keberanian yang tersisa, gue beranikan diri mendaftar. Selama proses karantina di ajang Putra Putri Brawijaya 2017, mau nggak mau, gue harus lebih aware sama informasi atau berita-berita terkini. Karena gue mendapat bimbingan dari seorang senior yang sangat baik, bernama Ka Alan, gue perlahan membuka mata dan telinga gue terhadap sekitar. Ka Alan menuntun gue untuk up-to-date dan gue melakukannya dengan sabar. Selain up-to-date, tentunya mengisi kepala gue dengan pengetahuan juga penting. Yang biasanya gue hanya belajar untuk urusan perkuliahan dan mencetak nilai-nilai di transkrip nilai, gue pun akhirnya untuk pertama kali merasa satisfied sama diri gue sendiri, karena akhirnya gue jadi tahu banyak hal, tentang apapun.


Selama 20 tahun, ternyata baru kali ini gue merasakan menjadi pemuda seutuhnya. I was surrounded with good people and experts in their field. Ketika berkenalan dan ngobrol dengan mereka, gue banyak bertukar pikiran dan mendiskusikan hal-hal ringan hingga berat seperti fashion, kesibukan fakultas masing-masing, disiplin ilmu yang dipelajari disana, hingga bidang pendidikan, kemanusiaan, budaya, dan masih banyak lainnya. Gue senang, itu menambah wawasan, gue merasa terhormat bisa duduk disana bersama pemuda-pemuda terpilih di kampus gue!


Tapi, tentu tidak bisa gue pungkiri, bahwa gue merasa minder. Yah, as you can see, mereka sudah terbiasa aktif di luaran kampus seperti pernah ikut Ekspedisi ini-itu di Indonesia, pernah jadi Global Volunteer di Luar Negri, pernah jadi Duta ini-itu, sering Juara Lomba, aktif di NGO dan masih banyak lagi prestasi mereka yang menurut gue sangat keren dan “Pemuda Banget”.


Instead of feeling down for too long, gue pun bangkit dan bertekad untuk belajar lagi kedepannya agar bisa jadi “Pemuda Seutuhnya”. Well, at least, ada salah satu bidang yang gue geluti dan jadi Personal Branding bagi diri gue sendiri. Awalnya, gue juga nggak berpikir untuk bisa memenangkan kompetisi ini, ibaratnya, siapakah gue jika dibandingkan mereka? Pemuda-pemuda yang pastinya bisa merepresentasikan Universitas Brawijaya lebih baik dari gue…

Dengan segala pemikiran itu, ternyata gue mau nggak mau berjuang lebih keras dari biasanya, hingga ketika pengumuman, keluarlah nama gue sebagai pemenang. Jujur, disitu gue merasa bersyukur, bahwa semua insecurities yang gue miliki ternyata nggak terjadi ketika gue tetap berusaha, pantang mundur, tetap optimis dan selalu berdoa. Semenjak itupun, gue semakin menambah ilmu serta pengetahuan gue. Rasanya aneh ketika label “pemuda” diberikan pada gue, tapi ketika diajak ngobrol oleh orang lain, lebih banyak “nggak-nyambungnya” daripada “asiknya”. Gue ingin bisa memberi contoh yang baik kepada pemuda lainnya (tapi, sampai sekarang, gue juga masih banyak belajar karena manusia nggak ada yang terlahir sempurna) bahwa, ketika masih muda, ada baiknya kita berusaha meraih mimpi, menggali potensi-potensi terpendam, dan memiliki pengetahuan yang banyak.


Menjadi pemuda yang fashionable, cantik, tampan, kreatif, seniman, olahragawan, suka beramal, politisi, brandalan, tukang onar itu semua terserah kepada kalian. Ingin dikenal sebagai pemuda yang seperti apakah kalian? Bagi gue, menjadi sosok yang pintar, cerdas, brilian itu semua tidak selalu melulu tentang nilai A dan IPK 4,00 di kuliah. Tapi lebih dari itu, pintar, cerdas, dan brilian bisa terpancar dalam bidang apapun yang penting positive dan jika bisa, bermanfaat buat orang sekitar. Kalian nggak perlu malu atau memaksakan diri seperti orang lain yang “kelihatannya bisa semua hal”, jadilah diri kalian sendiri, temukan potensi kalian, buatlah orang tua kalian bangga telah merawat kalian hingga seperti ini.



“Mulailah dengan mimpi, lanjutkan dengan aksi, itulah Pemuda Sejati.”

Love, Vanessa Astari.

Comments


V-A for Vanessa Astari

bottom of page