top of page

"What Would You Become When You Grow Up?"

  • Vanessa Astari
  • Feb 15, 2017
  • 5 min read

Pernah mendengar kalimat seperti judul diatas? Yang terdengar meremehkan ataupun merendahkan mimpi maupun pilihan yang kalian ambil? Jika pernah, kita sama. Sekarang usia gue 19 tahun, dan beberapa bulan lagi akan menginjak usia yang ke-20. Usia yang bisa dibilang saatnya gue menjadi orang dewasa dan bertanggung jawab terhadap apapun yang sudah gue kerjakan, legal age.

Suatu hari dihari yang cerah, ketika gue masih duduk di bangku kelas 3 SMA, gue bersama teman-teman sepermainan gue di lorong IPA sedang berbincang membahas cita-cita dan mimpi-mimpi kuliah ditempat terkeren di seantero Indonesia maupun luar negri. Ada salah seorang teman gue, sebut saja Andriya yang memiliki sifat ambisius dan sedikit menyebalkan. Kenapa menyebalkan? Karena hampir setiap kelas gue selesai mengerjakan ulangan entah fisika, kimia, biologi, maupun matematika (ya, empat serangkai mata pelajaran di jurusan IPA) pasti dia akan mengintrogasi gue dan beberapa teman kelas gue hingga tahu soal apa saja yang akan keluar nantinya. Sementara ketika kami yang bertanya, dia seperti nggak mau memberi tahu sama sekali. Hm, yah entahlah, maybe it’s just me? Karena perangainya yang nggak gue sukai, gue pun memang sedikit menjaga jarak dengan Andriya.

Kami sedang bertukar cerita mengenai pilihan jurusan dan universitas yang akan kami isi di pendaftaran SNMPTN dan SBMPTN nanti. Giliran gue pun tiba untuk bicara, gue bercerita ingin sekali masuk FKM yaitu Fakultas Kesehatan Masyarakat di Universitas Indonesia, yang merupakan universitas impian gue sejak kelas 6 SD. Nah mungkin untuk kalian para pembaca juga belum tahu banyak soal FKM.

I’m pretty sure you guys haven’t know yet what’s FKM mostly focus on, right? So they are. Beberapa antusias menanyakan ke gue tentang hal-hal yang sudah gue dapat seputar garis besar informasi FKM. Gue bercerita bahwa FKM adalah fakultas yang mempelajari cara pencegahan penyakit, mengkaji dan memecahkan masalah penyebaran penyakit, serta penyuluhan yang menggunakan pendekatan ke masyarakat. Secara kasarnya, FKM adalah front terdepan yang akan melawan penyakit sebelum dokter bertindak. Sekiranya itu informasi yang gue ingat hehe, mungkin jika kalian tahu lebih banyak bisa beri komentar dibawah ini!

Banyak yang kagum dengan apa yang gue katakan barusan. Kemudian mulailah pertanyaan “Nanti setelah lulus kerja dimana?” bermunculan, tapi tentu saja gue bisa menjawabnya! Gue nggak akan asal memilih masa depan gue, gue akan mencari tahu dan mencari informasi sebanyak-banyaknya sebelum akhirnya menjatuhkan hati gue dan memantapkan pilihan gue disana sebagai batu loncatan gue untuk kedepannya. Sialnya, sebelum gue menjawab, Andriya keburu nyeletuk santai sambil tertawa kecil, “Mau jadi apa, Nes? Pekerja Puskesmas?” and I wish I could go back in time then punch her right in the face… Gue berusaha stay cool dan tersenyum ramah tanpa menunjukkan bahwa gue tersinggung dengan kalimat sialan itu!

Gue pun menjelaskan bahwa jebolan FKM bisa bekerja di kementrian kesehatan atau WHO karena pada penjurusannya ketika S1 di fokuskan ke pencegahan dan pengkajian masalah kesehatan yang ada sekarang ini, kesehatan dan keselamatan kerja sehingga bisa bekerja kantoran di bidang asuransi, maupun memperdalam informasi mengenai gizi lalu bisa menjadi konsultan gizi, atau mengkaji potensi ekosistem yang berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat sekitar dan bisa bekerja di lembaga-lembaga kesehatan maupun rumah sakit.

Setelah itu Andriya hanya senyum-senyum nggak jelas. Gue tahu sepertinya dia mencium bau-bau kemenangan dari penjelasan gue barusan. Kemudian guepun menambahkan, bahwa gue memang orang yang spontan, tetapi gue akan selalu cari alternative terbaik yang bisa membantu dan mengantarkan gue ke gerbang kesuksesan. Dahulu gue sangat ingin jadi dokter, tetapi sadar akan kemampuan ekonomi serta otak gue yang nggak akan tembus PTN karena pelajaran fisika adalah musuh gue. Meski gue tahu ketika kuliah kedokteran gue nggak akan bertemu dengan pelajaran itu, tetapi untuk masuk Fakultas Kedokteran gue pun harus menaklukannya, dan gue rasa gue nggak mampu.

Mimpi gue untuk menjadi dokter pun kandas dan tergantikan oleh keinginan gue yang bekerja di WHO. Setidaknya, kecintaan gue terhadap biologi akan membantu gue untuk bisa sukses ketika lulus sebagai Sarjana Kesehatan Masyarakat. Gue rasa, bermimpi itu tidaklah haram. Haram adalah ketika lo bermimpi tetapi hanya duduk diam dan menunggunya terwujud begitu saja. Gue sangat suka bermimpi, because it motivates me!

Dengan begitu, gue paling membenci orang yang meremehkan mimpi gue. Orang yang teralu close minded untuk diajak bicara dan bertukar pikiran. Orang yang selalu memandang sebelah mata terhadap beberapa hal yang dia nggak ketahui. I mean, don’t be so judgemental person, please! Allah sudah memberi lo akal dan pikiran untuk digunakan, dan satu mulut untuk sedikit bicara. Sehingga gue harap nggak akan ada orang-orang seperti itu lagi di SD, SMP maupun SMA, yang terkesan menghina dan meremehkan cita-cita temannya.

Untuk orang yang pernah dihina mimpinya, here I tell you that they didn’t know what you’re capable of, they only see you through their eyes and judge you, so that you doubt yourself and feel so low. They have a right to say everything about you, mock on your dreams, laugh on your failure, but they have no right to tell you what to do. You are the one who can decide which way you should go. You are the one who can fulfill your dreams, the one who can make them true. Don’t listen to all the people say around you, haters gonna hate, remember?

Meskipun kini gue nggak kuliah di FKM, karena diterima FPIK, masih ada orang-orang yang menertawakan dan meremehkan gue dengan bertanya “Oh nanti jadi nelayan ya?” I used to take it as a joke, namun entah apakah gue yang teralu sensitive sehingga terkadang itu seperti ejekan. Gue paham, nelayan bukanlah pekerjaan yang rendahan, malah itu merupakan pekerjaan yang mulia dan nggak semua orang bisa melakukannya. Mereka adalah orang-orang yang selama ini memenuhi kebutuhan protein hewani kita melalui hasil melautnya yaitu ikan-ikan, lobster, udang, cumi-cumi, gurita, maupun kerang-kerangan dengan mempertaruhkan nyawa mereka dalam menaklukkan lautan yang cuacanya begitu misterius.

Gue adalah orang yang selalu meyakini bahwa proses tidak akan pernah mengkhianati hasil. Gue adalah orang yang selalu berpikir positif tentang mimpi dan cita-cita orang lain, karena gue menghargainya, selalu. Yang gue ketahui, banyak orang-orang diluar sana yang sukses karena dia tak pernah berhenti berusaha dan berharap untuk mewujudkan mimpinya, sehingga gue juga percaya bahwa keajaiban itu nyata, Allah selalu bersama kita.

Bagi gue, sekonyol apapun mimpi seseorang, gue akan tetap mendukungnya. Nggak akan pula gue melontarkan kalimat “Memangnya lulusan jurusan itu bisa menjamin kesuksesan lo?” atau “Lo mau jadi petani? Lo mau jadi nelayan? Lo mau jadi suster dirumah sakit? Lo mau jadi guru? Lo mau jadi tukang puskesmas? Lo mau jadi peternak sapi?” dan pertanyaan-pertanyaan semacamnya yang terkesan memandang remeh suatu profesi. Padahal, jika kalian diminta untuk duduk di bangku profesi tersebut, kalian juga belum tentu mampu bertahan lebih dari 3 hari.

I believe that every dream was fully made of hope, work, and pray so don’t you dare to say a bad thing about it. Succeed can’t wait, and why did you still here? Concerning about other’s dream and decision they’ve made? Just live your life, ok? Happy Sunday, everyone! Spread the love, xx.

Comentarios


V-A for Vanessa Astari

bottom of page